BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Indonesia adalah negara
dengan keragaman budaya dan suku bangsa. Dayak merupakan salah satu dari
ribuan suku yang terdapat di Indonesia. Dayak ini dikenal sebagai salah
satu suku asli di Kalimantan. Mereka merupakan salah satu penduduk mayoritas di
provinsi tersebut. Kata Dayak dalam bahasa local Kalimantan berarti orang yang
tinggal di hulu sungai. Hal ini mengacu kepada tempat tinggal mereka yang
berada di hulu sungai-sungai besar.
Agak berbeda dengan
kebudayaan Indonesia lainnya yang pada umumnya bermula di daerah pantai,
masyarakat suku Dayak menjalani sebagian besar hidupnya disekitar
daerah aliran sungai pedalaman Kalimantan.
Dalam pikiran orang
awam, suku Dayak hanya ada satu jenis. Padahal sebenarnya mereka terbagi ke
dalam banyak sub-sub suku. Perbedaan tersebutdisebabkan oleh terpencarnya masyarakat
Dayak menjadi kelompok-kelompok kecil dengan pengaruh masuknya kebudayaan
luar. Setiap sub suku memiliki budaya unik dan memberi ciri khusus pada
setiap komunitasnya.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.Dimana lokasi suku Dayak dan
bagaimana keadaan alamnya?
2.Darimana asal mula suku Dayak?
3.Apa bahasa yang digunakan oleh suku
Dayak?
4.Bagaimana sistem teknologi suku Dayak?
5.Bagaimana sistem mata pencaharian suku
Dayak?
6.Bagaimana organisasi sosial pada suku
Dayak?
7.Bagaimana sistem pengetahuan pada suku
Dayak?
8.Kesenian apa saja yang terdapat di
masyarakat suku Dayak?
9.Bagaimana sistem religi masyarakat
suku Dayak?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari pnulisan makalah ini adalah
agar pembaca mengetahui:
1.Lokasi dan lingkungan alam.
2.Asal mula san sejarah.
3.Bahasa yang digunakan.
4.Sistem teknologi.
5.Sistem mata pencaharian.
6.Organisasi sosial.
7.Sistem pengetahuan.
8.Kesenian.
9.Sistem religi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lokasi, Lingkungan Alam dan
Demografi Suku Dayak
Kalimantan Tengah
adalah salah satu dari provinsi-provinsi Republik Indonesia yang terletak
di Pulau Kalimantan Indonesia. Provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari lima
kabupaten, yaitu: Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas, Barito Utara
dan Barito Selatan. Luas seluruh Kalimnatan Tengah adalah 152.600
kilometer persegi sehingga melebihi luas Pulau Jawa dan Madura. Namun daerah
itu menurut sesnsus 1961 hanya berpenduduk 497.000 jiwa, jadi kepadatan
penduduk rata-rata hanya 3.3 orang saja per tiap kilometer persegi. Sebagaian
besar penduduknya terdiri dari orang Dayak yang terbagi atas
beberapasuku bangsa seperti Ngaju, Ot Danum, Ma`anyan, Ot Siang, Lawangan,
Katingan,dan sebagainya. Mereka ini berdiam di desa-desa sepanjang
sungai-sungai besardan kecil seperti sungai-sungai Barito, Kapuas, Kahayan,
Katingan, Mentaya,Seruyan, dan lain-lain.
Penduduk Kalimantan
Tengah selain orang Dayak yang merupakan penduduk asli daerah itu, ada pula keturunan
orang-orang pendatang. Mereka ini adalah orang-orang Banjar, Bugis, Madura,
Makasar, Melayu, Cina, dan lain-lain. Dalam makalah ini, kebudayaan penduduk
pendatang itu tidak akan dijelaskan. Yang menjadi pokok pembicaraan dalam
makalah ini adalah penduduk asli daerah tersebut yang terdiri dari
orang Dayak. Dari sekian banyak macam orang dayak di Kalimantan Tengah, hanya 3
suku Dayak saja yang kami akan bahas diantaranya adalah Ngaju, Ot Danum,
dan Ma`anyan. Tempat tinggal suku bangsa Ngaju adalah di sepanjang
sungai-sungai besar Kalimantan Tngah seperti Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhin,
Barito, dan Katingan. Sedangkan tempat kediaman orang Ot Danum adalah
selain disepanjang sungai-sungai besar seperti Kahayan, Rungan, Barito, dan
Kapuas jugadi hulu sungai-sungai dari Kalimantan Barat seperti sungai Melawi.
Suku-suku bangsa Ngaju dan Ot Danum yang akan dibicarakan dalam makalah ini
adalah mereka yang berdiam di sungai Kapuas dan Kahayan. Secara administrative kenegaraan,
kediaman mereka ini termasuk bagian dari kabupaten Kapuas. Didaerah aliran
sungai Kahayan suku bangsa Ngaju berdiam di sebelah hilir sedangkan suku bangsa
Ot Danum di daerah hulu. Batas kediaman orang Ngaju dihulu Kahayan hanya
samapai di Tumbang Miri saja sebagai desanya yang terakhir, sedangkan di hilir
terus turun sampai ke muara sungai Kahayan. Letak kediaman orang Ot Danum
adalah di hulu Kahayan, yaitu daerah sebelah utara Tumbang Miri. Jika desa-desa
orang Ot Danum pada umumnya merupakan daerah eksklusif dari orang Ot Danum,
maka sebaliknhya desa-desa orang Ngajumakin ke hilir makin kemasukan
orang-orang dari luar yang bukan Dayak.
Suku Bangsa Ma`anyan
tersebar di berbagai bagian dari Kabupaten Barito Selatan yaitu, di
tepi timur Sungai Barito, terutama di antara anak-anak sungainya seperti
Patai, Telang, Karau, dan Dayu. Di timur, daerah suku bangsa Ma`anyan bersentuhan
dengan wilayah orang Banjar dari daerah hulu sungai dari Provinsi Kalimantan
Selatan, dibarat berbatasan dengan suku-suku bangsa Bakumpai, dan orang Banjar
dari daerah Hulu Sungai dari Sungai Barito, di selatan dibatasi tanah paya-paya
di selatan Sungai Patai, dan di utara sampai ke Sungai Ayu di sebelah utara
Buntuk. Di daerah aliran sungai-sungai Karau dan Ayu, orang Ma`anyan banyak
bercampur dengan suku bangsa daya lain, yaitu suku bangsa Lawangan,yang memang
sudah mendiami wilayah itu sebelum orang Ma`anyan memasukinya.Mengenai hinungan
ketiga suku nagsan tersebut, ada sarjana seperti Mallinckrodt yang
menganggapnya berasal dari satu strams yaitu stamras der OtDanum. Mengani hal
ini perlu dilakukan penelitian lebih dalam. Menurut pengakuan orang Ngaju,
memang orang Ngaju berasal dari orang-orang Ot Danum juga, tetapi kemuadian
karena mereka berdiam di daerah hilir, lambat laun mereka telah
mengalami perubahan kebudayaan, sebagai akibat dari akulturasi dengan
kebudayaan orang-orang pendatang. Kebenaran pendapat ini sudah tentuperlu diuji
lagi, tatapi jika kita teliti sebentar memang tak dapat kita sangkal bahwa
orang-orang Dayak di seluruh Kalimantan, terutama yang hidup dipedalaman
sesungguhnya memiliki corak kebudayaan. kesatuan mereka ini adalah berdasarkan
persamaan dalam beberapa unsur kebudayaan, yaitu misalnya mata pencaharian
hidup yang berdasarkan perladangan.
Mengenai jumlah
penduduk dari ketiga suku-suku Dayak yang dibicarakan dalam makalah ini, kami
hanya memperoleh bahan dari Ot Danum dab Ma`anyansaja, sedangkan dari orang
Ngaju tidak. Jumalah penduduk Ot Danum kurang lebih adalah 5.900 jiwa dan
jumlah penduduk Ma`anyan diantara 3.000 sampai4.000 jiwa.
Orang-orang Dayak di
Kalimantan Tengah mendiami desa-desa yangterletak jauh satu dari yang lain, di
tepi-tepi atau eekat sunagi-sungai besar dan kecil dari provinsi itu.
Komunikasi antara satu desa dengan desa lain pada umumnya melalui air, dan
jarang sekali melalui darat. Hal ini disebabkan karena daerah dimana desa-desa
itu didirikan masih merupakan daerah hutan tropis dansemak belukar bawah yang
padat. Untuk mengunjungi suatu desa, orang harus merapatkan perahunya pada
sebuah tempat berlabuh yang dibuat dari balok-balok.Satu desa pada umumnya
mempunyai sekitart 100-500 rumah.
Rumah-rumah desa pada
umumnya didirikan di tepi jalan yang dibuat sejajar ataupun tegak lurus dengan
sungai. Rumah penduduk pada umumnya dibuat dari sirap (lempengan kayu) atau
kulit kayu. Rumah-rumah itu pada umumnya didirikan diatas tonggak-tonggak
setinggi kira-kira dua setengah meter, sehingga untuk memasukinya, kita
harus menaiki tangga yang dibuat darisetengah balok yang diberi lekuk-lekuk
tempat kaki berpijak. Dahulu rumah-rumah gaya lama di Kalimantan Tengah
merupakan rumah panjang yang oleh orang-orang Ngaju dan Ot Danum di sebut
betang. Betang tersebut dapat mempunyai ruangan-ruangan kecil sampai 50
banyaknya. Rumah semacam itu. kini sudah jarang di Kalimantan Tengah, tetapi
masih banyak terdapat di daerah utara, yaitu di daerah-daerah suku
bangsa Ot Siang dan Murung. Di daerah sungai Kahayan hanya di daerah
suku bangsa Ot Danum saja yang masih terdapat rumah betang.
Bentuk rumah yang
paling umum kini terdapat di Kalimantan Tengah adalah rumah-rumah yang lebih
kecil yang didiami oleh satu samapai lima keluarga batih yang berkerabat, yaitu
yang terdiri dari satu keluarga batih senior ditambah dengan keluarga batih anak-anaknya,
baik laki-laki maupun yang perempuan, yang dapat kita sebut keluarga luas yang
ut rolokal. Pada orang Ma`anyan, rumah demikian disebut lewu.
2.2 Asal Usul dan Sejarah Suku Bangsa
Dayak
Dayak merupakan sebutan
bagi penduduk asli pulau Kalimantan. Pulau kalimantan terbagi berdasarkan
wilayah Administratif yang mengatur wilayahnya masing-masing terdiri dari:
Kalimantan Timur ibu kotanya Samarinda, Kalimantan Selatan dengan ibu kotanya
Banjarmasin, Kalimantan Tengah ibu kotanya Palangka Raya, dan Kalimantan
Barat ibu kotanya Pontianak.
Kelompok Suku Dayak,
terbagi lagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih jumlahnya 405 sub (menurut J.
U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan mempunyai
adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya
dan perbedaan adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu
masyarakat yang kini disebut suku Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan
sungai-sungai di tiap-tiap pemukiman mereka.
Etnis Dayak Kalimantan
menurut seorang antropologi J.U. Lontaan, 1975 dalam Bukunya Hukum Adat dan
Adat Istiadat Kalimantan Barat, terdiri dari 6 suku besar dan 405 sub suku
kecil, yang menyebar di seluruh Kalimantan. Kuatnya arus urbanisasi yang
membawa pengaruh dari luar,seperti melayu menyebabkan mereka menyingkir semakin
jauh ke pedalaman dan perbukitan diseluruh daerah Kalimantan.
Mereka menyebut dirinya
dengan kelompok yang berasal dari suatu daerah berdasarkan nama sungai, nama
pahlawan, nama alam dan sebagainya. Misalnya suku Iban asal katanya dari ivan
(dalam bahasa kayan, ivan = pengembara) demikian juga menurut sumber yang
lainnya bahwa mereka menyebut dirinya dengan nama suku Batang Lupar, karena
berasal dari sungai Batang Lupar, daerah perbatasan Kalimantan Barat dengan
Serawak, Malaysia. Suku Mualang, diambil dari nama seorang tokoh yang disegani
(Manok Sabung/algojo) di Tampun Juah dan nama tersebut diabadikan menjadi
sebuah nama anak sungai Ketungau di daerah Kabupaten Sintang (karena suatu
peristiwa) dan kemudian dijadikan nama suku Dayak Mualang. Dayak
Bukit(Kanayatn/Ahe) berasal dari Bukit/gunung Bawang. Demikian juga asal usul Dayak
Kayan, Kantuk, Tamambaloh, Kenyah, Benuag, Ngaju dan lain-lain, yang mempunyai
latar belakang sejarah sendiri-sendiri.
Namun ada juga suku
Dayak yang tidak mengetahui lagi asal usul nama sukunya. Nama "Dayak"
atau "Daya" adalah nama eksonim (nama yang bukan diberikan oleh
mayarakat itu sendiri) dan bukan nama endonim (nama yang diberikan oleh
masyarakat itu sendiri). Kata Dayak berasal dari kata Daya” yang artinya hulu,
untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan
Kalimantan umumnya dan Kalimantan Barat khususnya, (walaupun kini banyak
masyarakat Dayak yang telah bermukim di kota kabupaten dan propinsi) yang
mempunyai kemiripan adat istiadat dan budaya dan masih memegang teguh
tradisinya.
2.3 Bahasa
Bahasa yang digunakan
termasuk kelompok Ibanic group seperti halnya kelompok Ibanic Lainnya:Kantuk,
bugao, desa, seberuang, Ketungau, sebaruk dan kelompok
Ibanic lainnya. Perbedaannya adalah pengucapan / logat dalam kalimat dengan
suku serumpun yakni pengucapan kalimat yang menggunakan akhiran kata i dan e, i
dan y, misalnya: Kediri” dan Kedire”, rari dan rare, kemudian inai dan inay,
pulai dan pulay dan penyebutan kalimat yang menggunakan huruf r ( R berkarat ),
serta logat pengucapannya, walauun mengandung arti yang sama.
2.4 Sistem Teknologi
Orang dayak di
Kalimantan Tengah, seperti orang ngaju, ot-Danum, dan ma‟anyan, sudah lama berhubungan dengan orang luar
seperti orang Melayu, Jawa, Bugis, Cina, Arab dan Eropa. Walaupun demikian sebelumnya
berkembang sistem pendidikan sekolah. Penduduk kalimantan Tengah maih terkurung
dalam alam lingkungannya sendiri. Beberapa pemuda Dayak Kalimantan Tengah yang telah
mendapatkan pendidikan modern, dengan penuh idealisme berusaha
untuk memajukan suku bangsanya., antara lain dengan mendirikan organisasi
“sarikat dayak” dalam tahun 1919 dan “koperasi Dayak” dalam
tahun 1928 kedua organisasi tadi lebur jadi “Pakat Dayak” yang bergerak
dalam lapangan sosial, ekonomi dan politik.
2.5 Sistem Mata Pencaharian
a. Berladang
Mata pencaharian suku
dayak di Kalimantan adalah berladang. Berladang adalah pekerjaan yang memakan
banyak sekali tenaga. Untuk mengerjakannya, penghuni dari suatu rumah tangga
saja tidak mencukupi; mereka harus memperoleh bantuan dari tetangga mereka.
Oleh karena itu maka di desa Telang di daerah Ma‟anyan
misalnya, telah dikembangkan suatu sistem kerjasama dengan jalan
membentuk kelompok gotong royong, yang biasanya berdasarkan hubungan ketetanggaan
atau persahabatan. Kelompok ini terdiri dari 12-15 orang, yang secara
bergiliran membuka hutan bagi ladang masing-masing anggota.
b. Berburu, Mencari Hasil Hutan, dan
Mencari Ikan
Kemudian mata
pencaharian suku dayak kalimantan tengah yaitu berburu, mencari hasil hutan,
dan mencari ikan. Sumber protein orang Dayak Kalimantan Tengah pada umunya
dipenuhi dengan makanan yang terdiri dari ikan-ikan. sungai. Daging babi,
kerbau dan ayam walaupun sangat digemari, bukanlah merupakan makanan
sehari-hari, tetapi makanan pada waktu ada upacara-upacara adat atau pada
waktu desa kebetulan dikunjungi tamu-tamu penting. Di hutan sekitar tempat
kediaman ada juga binatang liar seperti babi hutan dan rusa, tetapi karena
senjata api kurang dimiliki mereka, maka daging-daging binatang tersebut hanya
menjadi makanan yang bersifat kadang kala saja. Alat tradisionil orang Ngaju
untuk berburu selain dondang tersebut di atas, masih ada beberapa lagi yang
penting, umpamanya lonjo (tombak), ambang (parang), jarat (jerat), sipet (berisikan
ranjau kayu atau bambu runcing) yang disebut tambuwung.
2.6 Organisasi Sosial
a. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan
orang Dayak Kalimantan Tengah, baik Ngaju, Ot-Danum maupun Ma‟anyan, berdasarkan prinsip keturunan ambilineal, yang
menghitungkan hubungan kekerabatan untuk sebagian orang dalam masyarakat melalui
orang laki-laki dan untu sebagian orang yang lain dalam masyarakat
itu juga, melalui orang-orang wanita.
b. Sistem Kemasyarakatan
Propinsi Kalimantan
Tengah terdiri daris atu kotamadya dan lima kabupaten. Kotamadya tersebut
adalah PalangkaRaya yang didirikan di atas wilayah desa Pahandut di Kabupaten
Kapuas. PalangkaRaya adalah ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah. Adapun kelima
kabupaten Kalimantan tersebut adalah:
1) Kotawaringin Barat (ibukota:
Pangkalan Bun), merupakan daerah aliran sungai-sungai
Kotawaringin, Lamandau, an Arut.
2) Kotawaringin Timur (Ibukota:
Sampit), merupakan daerah aliran Sungai-sungai Pembuan (Seruyan), dan
Sampit (Mentaya).
3) Kapuas(Ibukota: Kuala Kapuas),
merupakan daerah aliran Sungai-sungai Katingan (Mendawai), Kahayan dan Kapuas.
4) Barito Selatan (Ibukota: Muntok),
merupakan daerah aliran Sungai-sungai Patai, Telang, Dayu, Paku karau, dan
Ayuh.
5)Barito Utara (Ibukota: Muara Teweh),
merupakan daerah aliran Sungai-sungai Montalat, Teweh, Lahai, Busang,
dan Murung.
Propinsi Kalimantan Tengah dikepalai
oleh seorang Gubernur dan Kebupaten dikepalai oleh seorang Bupati yang diangkat
oleh Gubernur. Berhubung kesukaran komunikasi di Kalimantan Tengah,
maka pengaruh seorangBupati menjadi besar sekali. Dulu Kabupaten dibagi
menjadi beberapakewedanaan, dan masing-masing kewedanaan dibagi lagi menjadi
kecamatan-kecamatan, tetapi sejak tahun 1964 kawedanaan dihapuskan. Kecamatan selanjutnya
dibagi lagi ke dalam desa-desa yang dikepalai oleh seorang pembekal. Di dalam
satu desa di samping ada seorang pembekal yang merupakan kepaladesa urusan
adiministratif pemerintahan desa, ada seorang kepala lagi yangkhusus mengurus
adat setempat yang disebut panghulu. Para panghulu tersebutberada di bawah
seorang kepala adat di tingkat kecamatan yang disebut demang. Panghulu dari
suatu desa dalam hal mengurus adat desanya didampingi oleh satudewan orang- orang
tua yang di daerah Ma‟anyan
disebut mantir.
2.7
Sistem Pengetahuan Suku Dayak
Suku Dayak mempunyai
kode yang umum dimengerti oleh suku bangsa
Dayak, kode ini dikenal dengan sebutan
“Totok Bakakak”. Macam – macam Totok Bakakak:
• Mengirim tombak yang telah di ikat
rotan merah (telah dijernang) berarti menyatakan perang, dalam bahasa
Dayak Ngaju "Asang".
• Mengirim sirih dan pinang berarti si
pengirim hendak melamar salah seorang gadis yang ada dalam rumah yang
dikirimi sirih dan pinang.
• Mengirim seligi (salugi) berarti mohon
bantuan, kampung dalam bahaya.
• Mengirim tombak bunu (tombak
yang mata tombaknya diberi kapur) berarti mohon bantuan sebesar mungkin karena
bila tidak, seluruh suku akan mendapatbahaya.
• Mengirim Abu, berarti ada rumah
terbakar.
• Mengirim air dalam seruas bambu
berarti ada keluarga yang telah mati tenggelam, harap lekas datang. Bila ada
sanak keluarga yang meninggal karena tenggelam, pada saat mengabarkan berita duka
kepada sanak keluarga, namakorban tidak disebutkan.
• Mengirim cawat yang dibakar ujungnya
berarti salah seorang anggota keluarga yang telah tua meninggal dunia.
• Mengirim telor ayam, artinya ada orang
datang dari jauh untuk menjual belanga,
tempayan tajau.
• Daun sawang/jenjuang yang digaris
(Cacak Burung) dan digantung di depan rumah, hal ini menunjukan bahwa dilarang
naik/memasuki rumah tersebut karena adanya pantangan adat.
• Bila ditemukan pohon buah-buahan
seperti misalnya langsat, rambutan, dsb,didekat batangnya ditemukan seligi dan
digaris dengan kapur, berarti dilarang mengambil atau memetik buah yang ada
dipohon itu.
2.8 Kesenian
Bentuk kesenian suku Dayak tidak bisa dilepaskan dari sejarah
sosiologisnya. Berawal dari masyarakat primitif yang menganut
animisme-dinamisme, kebudayaan suku ini berakulturasi dengan kebudayaan kaumpen
datang seperti Jawa dan Tionghoa.
Agama yang dianggap
lahir dari budaya setempat adalah Kaharingan. Pengaruh kuat agama Hindu dalam
proses akulturasi ini menyebabkan Kaharingan dikategorikan ke dalam cabang
agama tersebut. Dalam perkembangan berikutnya, ada akulturasi budaya Islam
pengaruh Kesultanan Banjar di pusat kebudayaan suku Dayak.
Meskipun begitu,
sebagian masyarakat Dayak tergolong teguh memegangkepercayaan dinamismenya.
Untuk kelompok ini, sebagian besar memutuskan untuk memisahkan diri dan masuk
semakin jauh ke pedalaman.
Macam-macam Kesenian Suku Dayak
Kebudayaan suku Dayak yang khas
membentuk estetika yang tercermin dalambudaya dan keseniannya, meliputi
seni tari, seni musik, seni drama, seni rupa, dan sebagainya.
1. Seni Tari
Banyaknya suku dan
subsuku Dayak menimbulkan beragamnya seni tari tradisional. Secara garis besar,
berdasarkan vocabuler tari, bisa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok. Tarian
dengan gerak enerjik, keras dan staccato, adalah ciri kelompok tari Kendayan, yang
dimiliki oleh suku Dayak Bukit, Banyuke, Lara, Darit, Belangin, Bakati,
dan lain-lain, di sekitar Pontianak, Landak, dan Bengkayang.Tarian dengan gerak
tangan membuka, gerakan halus, adalah ciri vocabuler tari Ribunicatau Bidayuh,
yang berkembang di kalangan suku Dayak Dayak Ribun, Pandu, Pompakang, Lintang,
Pangkodatan, Jangkang, Kembayan, Simpakang, dan lain-lain, di sekitar Sanggau
Kapuas.Tarian dengan gerak pinggul yang dominan adalah ciri tari kelompok
Ibanic yang dimiliki suku Dayak Iban, Mualang, Ketungau, Kantuk, Sebaruk, dan
sebagainya, di sekitar Sanggau, Malenggang, Sekadau, Sintang, Kapuas, dan
Serawak. Sedikit lebih halus adalah ciri kelompok Banuaka, yang dimiliki
oleh suku Dayak Taman, Tamambaloh, Kalis, dan sebagainya, di sekitar
Kapuas Hulu.
2. Seni Musik
2. Seni Musik
Tidak jauh beda dengan
seni tari, seni musik suku Dayak didominasi musik-musik ritual. Musik itu
merupakan alat berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada
roh-roh. Beberapa jenis alat musik suku Dayak adalah prahi, gimar,
tuukngtuat, pampong, genikng, glunikng, jatung tutup, kadire, klentangan, dan lain-lain.
Masuknya Islam memberi pengaruh dalam seni musik Dayak, dengan dikenalnya musik
tingkilan dan hadrah. Musik Tingkilan menyerupai seni musik gambus dan lagu
yang dinyanyikan disebut betingkilan yang berarti „bersahut-sahutan‟. Dibawakan oleh dua orang pria-wanita dengan isi
lagu berupa nasihat, pujian, atau sindiran.
2.9 Sistem Religi
Berdasarkan religinya,
penduduk propinsi Kalimantan Tengah (suku dayak) dapat dibagi menjadi empat
golongan, yaitu Islam, agama pribumi, Kristen, dan Katolik. Menurut laporan
Perwakilan Departemen Agama Propinsi Klimantan Tengah, maka orang islam
merupakan golongan terbesar. Jumlah besardari orang islam itu sudah tentu
disebabkan karena di Propinsi Kalimantan Tengah sekarang ini ada banyak orang
pendatang. Di daerah hilir sungai-sungai besar banyak orang pribumi atau orang
dayak yang juga telah menjadi orang Islam sejak lebih dari satu abad lamanya,
tetapi sebelum zaman perang dunia ke II, mereka biasanya tidak mau
dianggap orang dayak lagi karena sebutan itu berarti orang udik, dan
di dalam zaman itu dianggap merendahkan.
Daftar Pusaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar